<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d14610711\x26blogName\x3d.::+DANKOS+::.\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dSILVER\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://menyehnyeh.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den_US\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://menyehnyeh.blogspot.com/\x26vt\x3d7906361710283673239', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>

.:: DANKOS ::.

Sunday, July 15, 2007

Instropeksi dalam Hujatan

Sewaktu ditengah kajian membahas hadits wasiat Rasulullah shallallahu'alaihi wasalam, diantara wasiatnya adalah "Katakan kebenaran walaupun kebenaran itu pahit". Ustad Yazid berkata bahwa dalam melakukannya ada batasan-batasan syari'at ditimbang dari maslahat (kebaikan) dan mafsadah (bahayanya) nya. Tidak ragu lagi bahwa muslimin dengan pemahaman benar, dengan pemahaman yang telah diwariskan oleh pendahulunya yakni Rasulullah shallallahu'alaihi wasalaam beserta sahabat Beliau shallallahu'alaihiwasalam yang shaleh (salafyin), telah kenyang dengan berbagai tuduhan, fitnah, gelaran-gelaran yang jelek, dan lain sebagainya, yang dilemparkan oleh musuh-musuh Islam. Diantaranya adalah, salafy itu tukang memutuskan silaturahmi, salafy itu tukang caci maki, salafy itu keras dan kasar, dan segudang tuduhan lainnya. Walaupun demikian salafy tidak boleh mundur karena tuduhan-tuduhan tersebut, sebab semua amal yang kita lakukan bukan bergantung dari omongan orang, tapi sah tidak nya suatu amalan selalu ditimbang melalui syari'at yang benar tentunya dengan pemahaman salafus sholeh. Tapi juga dalam melakukan amal ma'ruf nahimunkar tidak boleh mengabaikan maslahat dan mafsadah nya. Kemudian ustad Yazid memberikan nasihat, diantara hujatan dan gelaran jelek yang sampai kepada du'at juga harus menjadi instropeksi bagi diri kita semua, dengan begitu kita dapat menginstropeksi diri kita, apakah ada kata-kata kita yang salah dalam mendakwahkan Islam yang haq ini, ataukah mungkin ada yang salah dalam bersikap.

Sudahkah kita melakukan instropeksi dari hujatan yang sampai ke diri kita ?

2 Comments:

  • "...dalam melakukannya ada batasan-batasan syari'at ditimbang dari maslahat (kebaikan) dan mafsadah (bahayanya) nya"

    Kadang gw bingung mendefinisikan batasan-batasannya. Terutama ketika terjadi pertanyaan yang dilontarkan seseorang ke gw.. Misalnya pertanyaan2 yang berkisar kok lo sekarang begini dulu begitu, dulu lo melakukan ini sekarang ngga.. nahh.. di saat seperti itulah kadang gw bingung, apakah kebenaran itu harus dikatakan bahwasannya oooh klo hal ini sebenarnya haram, karena begini2.. di satu sisi klo gw ungkapkan, mungkin orang tersebut belum tau manhaj yang benar seperti apa.. bisa jadi malah terjadi perdebatan yang tidak bermanfaat. di lain sisi, klo gw tidak ungkapkan, bisa jadi orang itu selalu terjebak dalam pemikiran bahwasannya gw ini "nyleneh" dalam beragama.

    By Blogger Jay, at 2:35 AM  

  • Setiap orang itu bisa berubah, hanya saja berubahnya itu ada 2 kemungkinan, menjadi baik atau bertambah buruk. Maka adalah sesuatu yang fitrah jika dahulu seseorang melakukan suatu kemaksiatan dan sekarang ia bertobat maka orang tersebut dikatakan berubah ke arah yang lebih baik. Bukankah itu menjadi suatu kebahagiaan, dan bukannya menjadi suatu pertanyaan, jika melihat saudara seimannya melakukan sesuatu ke arah yang lebih baik?

    Jika orang yang dijelaskan berada pada manhaj yang berbeda, maka menjelaskan perkara Islam tanpa menerangkan manhaj terlebih dahulu bisa menjadi suatu yang percuma, karena dasar pola pikir dia memahami Islam sudah berbeda. Perumpamaannya seperti menanyakan cara nyetir pesawat kepada supir bis, biar sampai berbuih juga nggak akan nyambung. Maka penjelasan manhaj yang haq bisa diberikan sebagai muqadimah sebelum menjelaskan perkara intinya.

    Jika kita telah berusaha menyampaikan sesuatu dengan niat yang ikhlas, disampaikan dengan hikmah (yakni tepat kondisi dan caranya), maka menghabiskan tenaga untuk memikirkan omongan orang adalah perkara yang sia-sia. Dan cukuplah omongan orang itu menjadi instropeksi bagi diri kita, dan bukan menjadi penghalang kita dalam menyampaikan kebenaran.

    Wallahu'alam bishawaab.

    By Blogger Dhanny Kosasih ibn Gunawan Kosasih, at 8:28 AM  

Post a Comment

<< Home